Coban Rondo Malang
Coban Rondo memiliki ketinggian sekitar 84
m dan berada di ketinggian 1.135
meter dari permukaan laut. Airnya berasal
dari sumber di Cemoro Dudo, lereng Gunung Kawi dengan debit 150
liter per detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim
kemarau. Curah
hujan rata-rata 1.721 mm/th, dengan bulan basah pada bulan Nopember
sampai bulan Maret dan bulan kering pada bulan April sampai
dengan Oktober
dengan suhu rata-rata +/- 22°C.
Air terjun ini berada dalam wilayah KPH Perum Perhutani Malang Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Pujon dan Resort Polisi Hutan Pujon Selatan Petak 89G.
Sebelum menjadi Coban Rondo, sebetulnya di atasnya ada air terjun kembar yang disebut Coban Manten. Mengalir ke bawah, air terjun itu menyatu menjadi Coban Dudo. Uniknya, Coban Dudo tersebut mengalir ke bawah menjadi Coban Rondo.
Sumber air dari tiga air terjun tersebut berada di Kepundan, satu dataran yang tanpa pohon satu pun berada di atas Coban Manten. Mereka yang ingin melihatnya, selain harus berhati-hati juga perlu ekstratenaga. Sebab, selain jalan licin, juga cukup jauh antara 3-4 km.
Air terjun ini berada dalam wilayah KPH Perum Perhutani Malang Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Pujon dan Resort Polisi Hutan Pujon Selatan Petak 89G.
Sebelum menjadi Coban Rondo, sebetulnya di atasnya ada air terjun kembar yang disebut Coban Manten. Mengalir ke bawah, air terjun itu menyatu menjadi Coban Dudo. Uniknya, Coban Dudo tersebut mengalir ke bawah menjadi Coban Rondo.
Sumber air dari tiga air terjun tersebut berada di Kepundan, satu dataran yang tanpa pohon satu pun berada di atas Coban Manten. Mereka yang ingin melihatnya, selain harus berhati-hati juga perlu ekstratenaga. Sebab, selain jalan licin, juga cukup jauh antara 3-4 km.
Legenda
Air
Terjun Coban Rondo
menyimpan legenda unik, bermula dari sepasang
pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mempelai
wanita bernama
Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi, sedangkan mempelai pria bernama
Raden
Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro. Setelah usia pernikahan
mereka menginjak
usia 36 hari atau disebut dengan Selapan (bahasa jawa). Dewi
Anjarwati
mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro, yang merupakan
asal
dari suami. Namun orang tua Anjarwati melarang kedua mempelai
pergi karena
usia pernikahan mereka baru berusia 36 hari atau disebut
selapan. Namun
kedua mempelai tersebut bersikeras pergi dengan resiko apapun
yang terjadi
di perjalanan.
Ketika di tengah perjalanan keduanya
dikejutkan dengan hadirnya Joko Lelono, yang tidak jelas
asal-usulnya.
Nampaknya Joko Lelono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati,
dan berusaha
merebutnya. Akibatnya perkelahian antara Joko Lelono dengan
Raden Baron
Kusumo tidak terhindarkan. Kepada para pembantunya atau disebut
juga puno
kawan yang menyertai kedua mempelai tersebut, Raden Baron Kusumo
berpesan
agar Dewi Anjarwati disembunyikan di suatu tempat yang terdapat
di Coban
atau air terjun. Perkelahian antara Raden Baron Kusumo dengan
Joko Lelono
berlangsung seru dan mereka berdua gugur. Akibatnya Dewi
Anjarwati menjadi
seorang janda yang dalam bahasa jawa disebut Rondo. Sejak saat
itulah
Coban atau air terjun tempat bersembunyi Dewi Anjarwati dikenal
dengan
Coban Rondo. Konon di
bawah air terjun terdapat gua tempat tinggal tempat persembunyian Dewi
Anjarwati dan batu besar di bawah air
terjun merupakan tempat duduk
sang putri yang merenungi nasibnya.
Lokasi
Terletak di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur.
Peta
dan Koordinat GPS: 7° 53' 5.86" S 112° 28' 38.28" E
Aksesbilitas
Berjarak 12 km dari Kota Batu atau ± 24 km dari Kota Malang dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Akses ke air terjun Coban Rondo ini sangat mudah dengan jalan yang sudah beraspal baik. Jika dari jalan raya arah Batu - Pujon, Malang, setelah melalui tanjakan yang landai dan jalan berkelok-kelok dan terkadang tajam, maka akan sampai di puncak perbukitan. Sebuah papan nama dengan ukuran besar akan memberikan petunjuk untuk belok ke arah kiri keluar dari jalan raya guna menemukan obyek wanawisata Coban Rondo.
Dari patung sapi perjalanan dilanjutkan sekitar empat kilometer untuk sampai ke air terjun Coban Rondo. Pada dua kilometer sebelum masuk kawasan akan ditemui papan bertulisan "Welcome to Wana Wisata Coban Rondo" Kemudian jalanan terus menurun dan suasana hutan semakin terasa. Di tempat yang melandai, gubuk-gubuk pedagang dan berbagai jenis kendaraan berjajar. Di situlah terminal akhir pengunjung berkendaraan. Selanjutnya dengan sedikit melintasi tanjakan tak kurang dari dua menit sampailah ke lokasi air terjun.Bagi yang menggunakan angkutan umum, ambil bis jurusan Malang dari Surabaya (Rp. 12.000,- per orang). Lalu tumpangi bemo dari Terminal Arjosari, Malang, jurusan Landungsari (Rp. 1 .500,- per orang). Lanjutkan dengan bis tujuan Kediri via Pujon, turun di Patung Sapi yang merupakan pintu gerbang ke Coban Rondo (Rp. 2.500,-). Dari sana, tersedia ojek yang siap mengantar hingga ke lokasi.
Setelah tiba di tempat parkir perjalanan dilanjutklan dengan berjalan kaki sekitar 200 m menuju lokasi air terjun berada.
Tiket dan Parkir
Tiket masuk ke air terjun ini sebesar Rp 3000. Sedangkan biaya parkir kendaraan roda empat sebesar Rp 3.000 atau kendaraan roda dua sebesar Rp 1000.Fasilitas dan Akomodasi
Di dalam area Coban Rondo banyak terdapat warung-warung yang menjajakan makanan dengan harga yang cukup terjangkau. Juga tersedia sarana tempat beribadah bagi umat muslim, panggung terbuka, area camping ground dan toilet.Untuk yang mencari tempat penginapan dapat diperoleh di daerah wisata Songgoriti, sekitar 5-8 km dari lokasi Air Terjun Coban Rondo. Harga penginapan di daerah itu berkisar antara Rp. 50.000 hingga Rp. 150.000 per malam.
0 komentar:
Posting Komentar